Makalah
Na’at-Man’ut
dan Mudaf-Mudafun Ilaih
DI
SUSUN
O
L
E
H
SELAMAT
ARIGA
NIM; 150104030
MK
: QIRAATUL QUTUB
HUKUM
PIDANA ISLAM
FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI AR-RANIRY BANDA ACEH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sesungguhnya bahasa arab dan nahwu
adalah suatu sarana untuh mengetahui alqur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w.
keduanya bukanlah termasuk dari
ilmu-ilmu syar’i akan tetapi wajib hukumnya mendalami ilmu tersebut karena
syari’ah ini datang dengan bahasa arab dan setiap syari’ah tidak akan nampak
kecuali dengan suatu bahasa. (Imam Al-Ghazali)
Nah dengan melihat ulasan perkataan
diatas, maka nampaklah bahwa bahasa arab sangatlaah urgen untuk dipelajari,
dipahami dan diamalkan. Dan untuk dapat memahami bahasa arab, kita perlu
mendalami ilmu nahwu, sharaf serta ilmu balagha.
Tetapi yang menjadi tantangan global
para pelajar sekarang. Mereka ingin dengan mudahnya dapat berbahasa tanpa
mengetahui seluk-beluk dari ilmu tersebut terutama pada nahwu dan sharafnya. Sehingga
saat mereka menemukan keganjalan-keganjalan dalam al-qur’an, mereka akan heran.
Dan akhirnya timbullah argumen-argumen dan bahkan laris terpasarkan buku-buku
mengenai kejanggalan-kejanggalan bahasa dalam al-qur’an. Dan mereka yang harus
membaca meresapi tanpa menganalisa, akan memahami bahwa terdapat beberapa
kaidah-kaidah bahkan bahasa-bahasa dalam al-qur’an yang salah.
Dengan inilah kami membuat makalah
untuk tuntunan para mahasiswa yang bertemakan “ Na’at-Man’ut dan Mudaf-Mudafun
Ilaih”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan na’at dan man’ut ?
2.
Apakah yang dimaksud dengan Mudaf-Mudafun Ilaih?
3.
Untuk apakah Na’at-Man’ut dan Mudaf-Mudafun Ilaih
dalam Bahasa Arab ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan na’at dan
man’ut
2.
Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan
Mudaf-Mudafun Ilaih
3.
Untuk mengetahui Untuk apakah Na’at-Man’ut dan
Mudaf-Mudafun Ilaih dalam Bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
NA’AT DAN MAN’UT (Sifat dan yang disifati)
Na’at dan man’ut adalah isim beserta sifatnya. Telah dijelaskan pada
pelajaran-pelajaran sebelumnya bahwa kata-kata sifat dalam bahasa Arab termasuk
isim. Secara umum, na’at (sifat) mengikuti man’ut-nya (isim yang
diberi sifat) dalam hal jenis (mudzakkar/muannats), dalam hal jumlah (mufrad/mutsanna/jamak),
dalam hal ma’rifah/nakirah, dan dalam hal i’rab (rafa’/
nashab/jar).
Na’at adalah
isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’ nashab
dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya. Man’ut artinya kata-kata benda yang
disipati. Yakni na’at itu mengikuti man’ut dalam hal:
1. Rafa’ jika man’ut itu marfu’
2. Nashab jika man’utnya manshub
3. Khafad jika man’utnya makhfud (majrur)
4. Ma’rifah jika man’utnya ma’rifah
I.
Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan)
nya.
Contoh:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ =
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
رَجَعَ الطَّالِبُ الْمَاهِرُ =
(Seorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali)
2) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah)
nya.
Contoh:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ (Seorang
mahasiswa yang pandai telah kembali)
رَجَعَ طَالِبَانِ مَاهِرَانِ (Dua
orang mahasiswa yang pandai telah kembali)
رَجَعَ طُلاَّبٌ مَاهِرُوْنَ (Para
mahasiswa yang pandai telah kembali)
3) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis)
nya.
Contoh:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ (Seorang
mahasiswa yang pandai telah kembali)
رَجَعَ طَالِبَةٌ مَاهِرَةٌ (Seorang
mahasiswi yang pandai telah kembali)
II.
Pembahagian
na’at
Na’at
terbagi kepada dua yaitu:
a)
Na’at hakiki
Yaitu isim
yang menunjukkan kata sifat pada diri kalimat sebelumya atau kalimat yang
diikutinya.
مِثْلُ : اللهُ
نَظِيْفٌ وَيُهِبُّ النَّظَافَةَ :Allah itu bersih dan menyukai kebersihan
Dalam contoh
tersebut, نَظِيْفٌ merupakan Na’at (sifat),
dimana اللهُ adalah man’ut atau yang disifati (yang mempunyai
sifat).
Na’at hakiki
harus sesuai dengan kalimat yang diikutinya dalam hal ma’rifah, nakirohnya,
bilangannya dan jenisnya. Jika yang mempunyai sifat itu jamak yang tujuannya
selain manusia maka boleh sifatnya dalam bentuk mufrad muannats atau jamak
muannats.
مِثْلُ : كِتَابٌ
جَدِيْد # كِتَابَانِ
جَدِيْدَانِ # كُتُبٌ
جَدِيْدَةٌ / جَدِيْدَاةٌ
Dari segi tinjauan yang lain na’at hakiki terbagi kepada tiga jenis yaitu:
1) Isim dzahir
مِثْلُ : اَلْمَكَّةُ مَدِيْنَةٌ
كَرِيْمَةٌ = Makkah adalah kota yang mulia
2) Sibhul jumlah
مِثْلُ : الْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَامِ
الْاُمَّهَا تِ surga
dibawah telapak kaki ibu =
3) Jumlatul isimiyah wal fi’iliyah
ü jumlah isimiyah:
مَضَ يَوْمٌ بَرْدُهُ فَارِصٌtelah berlalu hari yang dinginnya menusuk tulang =
ü jumlah fi’liyah:
اَلصَّبَرُ يُعِيْنُ
عَلَى كُلِّ عَمَلِ = Kesabar
membantu segala pekerjaan
b)
Na’at sababi
Na’at sahabi yaitu kalimat yang menunjukkan sifat pada isim yang mempunyai hubungan atau
ikatan dengan isim yang didikutinya. Atau na’at sababi adalah na’at yang
menunjukkan sifat bagi isim-isim yang ada hubungannya dengan matbu’nya.
مِثْلُ :دَخَلْتُ
الحَدِيْقَةَ الْحَسَنَ شَكْلُهَا: Aku masuk kebun yang bagus bentuknya
Dalam contoh
ini, الْحَسَنَ merupakan Na’at (sifat),
sedangkan yang menjadi Man’ut (yang disifati) adalah شَكْلُهَا
Dalam na’at
sababi meskipun yang mempunyai sifat itu dalam bentuk jamak, maka kata sifatnya
tetap dalam bentuk mufrad.
مِثْلُ: رَجَعَ الطَّالِبُ الْمَاهِرُ أَبُهُ
رَجَعَ الطُّلَّا بُ
الْمَاهِرَةُ أَبَاتُهُمْ
ü
CONTOH NA’AT DAN MAN’UT DALAM KALIMAT
Arti
|
Contoh dalam jumlah
|
Arti
|
منعوت + نعت
موصوف + صفة
|
Dia seorang gadis
yang kecil
|
هِيَ بِنْتٌ
صَغِيْرَةٌ
|
Seorang gadis yang
kecil
|
بِنْتٌ صَغِيْرَةٌ
|
Dua orang gadis yang
kecil datang
|
جَائتْ البِنْتَانِ
الصَّغِيْرَتَانِ
|
Dua orang gadis yang
kecil
|
البِنْتَانِ الصَّغِيْرَتَانِ
|
Mereka gadis- gadis
yang kecil
|
هُنَّ بَنَاتٌ
صَغِيْرَاتٌ
|
Gadis- gadis yang
kecil
|
بَنَاتٌ صَغِيْرَاتٌ
|
Zaid adalah seorang
laki- laki yang dewasa
|
كَانَ زَيْذٌ رَجُلاً
كَبِيْرًا
|
Seorang laki-laki
yang dewasa
|
رَجُلٌ كَبِيْرٌ
|
Saya berjalan dengan
dua orang laki-laki yang dewasa
|
مَرَرْتُ
بِالرَّجُلَيْنِ الكَبِيْرَيْنِ
|
Dua orang laki-laki
yang dewasa
|
الرَّجُلاَنِ الكَبِيْرَانِ
|
ü
CONTOH KATA SIFAT
الصفـــــــــــات
مَرِيْضٌ
|
Sakit
|
جَوْعَانٌ
|
Lapar
|
عَطْشَانٌ
|
Haus
|
أعْمَى
|
Buta
|
جَمِيْلٌ
|
Bagus
|
||
مُنَاسِبٌ
|
Sesuai
|
تَعْبَانٌ
|
Letih
|
بَعِيْدٌ
|
Jauh
|
جَمِيْلَةٌ
|
Cantik
|
سَعِيْدٌ
|
Bahagia
|
||
مَشْغُوْلٌ
|
Sibuk
|
حُلْوٌ
|
Manis
|
نَقِيٌّ
|
Jernih
|
ذَكِيٌّ
|
Cerdas
|
حَسَنٌ,طَيَّبٌ
|
Baik
|
||
صَعْبٌ
|
Sulit
|
غَضْبَانٌ
|
Marah
|
غَنِيٌّ
|
Kaya
|
بَارِدٌ
|
Dingin
|
كَثِيْرٌ
|
Banyak
|
||
حَامِضٌ
|
Masam
|
صَغِيْرٌ
|
Kecil
|
لَذِيْذٌ
|
Enak
|
جَدِيْدٌ
|
Baru
|
||||
نَــاضِجٌ
|
Matang
|
وَسِخٌ
|
Kotor
|
سَمِيْنٌ
|
Gemuk
|
صَحِيْحٌ
|
Benar
|
||||
نَيِّئٌ
|
Mentah
|
نَحِيْفٌ
|
Kurus
|
مَجْنُوْنٌ
|
Gila
|
نَظِيْفٌ
|
Bersih
|
||||
نَعْسَانُ
|
Ngantuk
|
قَدِيْمٌ
|
Lama
|
دَافِئٌ
|
Hangat
|
كَبِيْرٌ
|
Besar
|
||||
B. MUDAF DAN
MUDAFFUN ILLAIH (IDHAFAH)
Idhafah menurut bahasa adalah
penyandaran sesuatu pada sesuatu yang lain, sedangkan menurut istilah
adalah nisbat taqyidiyyah antara dua isim yang menyebabkan jernya isim
yang kedua selama-lamanya. Atau menyandarkan isim satu pada yang lain dengan
menempatkan isim yang kedua dari isim yang awal seperti tempatnya tanwin atau
yang menggantinya seperti nun tasniyyah dan nun jamak, bahwa ikrabnya adalah
pada lafadz yang pertama, sedangkan isim yang kedua adalah menetapi tingkah
yang satu yaitu di baca jer, kemudian isim yang awal di namakan mudhaf dan isim
yang kedua di namakan mudhaf ilaih.[2]
Idhafah mempunyai makna 3 (tiga) :
1. Menyimpan
makna laam (اللام) yang memiliki arti al-milk (kepemilikan), seperti : غلام زيد (pembantu (yang
dimiliki oleh zaid), atau al-ikhtishoh(kekhususan), seperti باب دار (pintu (yang di khususkan untuk) rumah).
2. Menyimpan
makna minمن yang mempunyai arti al-bayaniyah(menjelaskan lafadz
sebelumnya) dengan syarat mudhaf ilaih merupakan satu jenisdari mudhaf, seperti
: حاتم حديد (cincin (yang
terbuat dari) besi).
3. Menyimpan
makna fii (فى) yang mempunyai arti dharfiyah (keterangan waktu) dengan syarat
mudhaf ilaih merupakan dharaf dari mudhaf, seperti بل مكر الليل (tapi tipu daya (di waktu) malam
hari).[3]
1. Pengertian
Mudhaf dan Mudhaf ilaih
Mudhaf adalah isim yang berada di
awal dalam keadaan nakirah (tapi tanpa tanwin), sedang yang di sebut Mudhaf
ilaih adalah isim yang kedua yang terletak setelah mudhaf. Yang lebih gampang
nya kalau mudhaf itu yang di sandarkan atau yang di gabungkan, sedangkan mudhaf
ilaih yaitu yang kena sandaran.
Contoh nya : كتاب زيد
Lafadz kitabu(كتا ب) : Mudhaf,
Lafadz zaidun (زيد ) ; Mudhaf ilaih
Isim yang awal atau Mudhaf ikrab nya
adalah mengikuti amil yang jatuh sebelumnya, dan isim yang kedua atau mudhaf
ilaih adalah irab nya wajib di baca jar.
Para ulama’ nahwu berselisih
pendapat tentang yang mengejerkan mudhaf ilaih. Menurut sebagian di antara
mereka ada yang mengatakan bahwa mudhaf ilaih di jar kan oleh huruf yang di
perkirakan keberadaan nya, yaitu lam atau min, atau fii, ada juga yang mengatakan
bahwa mudhaf ilaih di jar kan oleh mudhaf, pendapat ini adal pendapat yang
shahih di antara pendapat – pendapat yang lainnya.
Idhafah
adalah hubungan antara dua isim dengan menyembunyikan makna huruf jar tertentu
di antara keduanya, isim yamg pertama disebut dengan Mudhaf dan dibarisi
sesuai dengan posisinya, sedangkan isim yang kedua dinamakan dengan Mudhafun
Ilaih dan wajib dibarisi dengan jar.
2. Pembagian Idhafah
A.
Dari segi
makna idhafah terbagi kepada empat, yaitu:
1.
Idhafah
lamiyah
Yaitu
idhafah yang menyembunyikan makna huruf jar lam diantara Mudhaf dan Mudhafun
Ilaih yang bermakna memiliki atau khusus.
مِثْلُ : رَكِبْتُ سَيَّارَةُ
زَيْدُ =saya
mengendarai mobil milik Zaid
2.
Idhafah
bayaniyah
Yaitu
idhafah yang menyembunyikan huruf jar min diantara mudhaf dan mudhaf ilaih,
dengan ketentuan bahwa mudhafun ilaih merupakan jenis atau sebahagian dari
mudhaf-nya.
اَلْإِسْلَامُ
دِيْنُ = Islam adalah agama
3.
Idhafah
dzarfiyah
Yaitu
idhafah yang menyembunyikan huruf jar fi diantara mudhaf dan mudhaf ilaih, dan
mudhaf ilaih merupakan zorob bagi mudhaf.
مِثْلُ :
الْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَامِ الْاُمَّهَا تِ surga dibawah telapak kaki ibu =
4.
Idhafah
tasybihiyah
Yaitu
idhafah yang menyembunyikan huruf jar kaf diantara mudhaf dan mudhaf ilaih,
yang bertujuan menyerupakan mudhaf dengan mudhafun ilaih dengan sifat-sifat
tertentu dan sifat-sifat tersebut telah diketahui oleh banyak orang (umum).
مِثْلُ : اِحْمَرَ وَجْهُهَا الْوَرْدَةِ =memerah wajahnya (perempuan) seperti bunga mawar
B.
Dari sudut
pandang yang lain idhafah juga terbagi kepada dua, yaitu:
1. Idhafah ma’nawiyah
Yaitu
idhafah yang bertujuan mengkhususkan makna mudhaf-nya.
مِثْلُ : هَذَا كِتَابُ عَلِىُّ = ini buku milik si Ali
2. Idhafah lafdziah
Yaitu
idhafah yang bukan bermakna khusus dan tidak terdapat padanya makna-makna huruf
jar tujuannya hanya mempersingkat kalimat saja.
مِثْلُ : نَحْنُ نَتَعَلَّمُ الْإِقْتِصَادُ الْإِسْلَامِىُّKami belajar ekonomi dalam Islam =
3.Macam – macam bentuk Mudhaf Ilaih
a. Mu’rob
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim
mu’rab harus selalu majrur.
Contoh:كِتَابُ الْمُسْلِمِ, كِتَابُ الْمُسْلِمَيْن, كِتَابُ الْمُسْلِمِيْنَ, حَدِيْثُ عَائِشَةَ
b. Mabni
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim
mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai bentuk aslinya).
Contoh: كِتَابُكِ (Kitabmu – wanita).
4.Macam-macam jenis Idhafah
Idhafah ada (2) macam: lafdziyyah dan maknawiyah.
1. Al-idhafah
al-lafdiyyah adalah susunan mudhaf dan mudhaf ilaih, di mana mudhaf berupa isim
sifat dan mudhaf ilaih berupa ma’mulnya. Seperti ضارب زيد
(orang yang memukul zaid).Idhafah lafdziyyah tidak memberikan faidah
ma’rifat maupun takhshis. Fungsinya hanya untuk meringankan pelafalan.
2. Al-idhafah
al-ma’nawiyyah adalah susunan mudhaf dan mudhaf ilaih yang tidak berupa isim
sifatdan makmulnya. Seperti: غلام زيد
(pembantu-nya zaid).[4]
Idhafah
maknawiyyah memberikan faidah ma’rifat (jelas), jika mudhafnya berupa isim
makrifat (jelas), jika mudhafnya berupa isim makrifat dan memberikan faidah
takhshish (khusus), jika mudhaf nya berupa isim nakirah.
5.Hukum Mudhaf dan Mudhaf Ilaih
1.Hukum Mudhaf
a.Mudhof tidak didahului alif lam (ال).
Contoh:Mudhof= البَابُ, Mudhof ilahi= الْمَسْجِدُ,
Susunan idhofahnya adalah, بَابُ الْمَسْجِد
(Pintu Masjid)
b.Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh
tanwin.
Contoh:Mudhof: حَقِيْبِةٌ, Mudhof ilaihi= مُحَمَّدٌ ,
Susunan idhofahnya adalahحَقِيْبَةُ مُحَمَّدٍ (Tas Muhammad).
c.Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam
idhofah.
Contoh: Mudhof= كِتَابَانِ , Mudhof ilaihi= مُحَمَّدٌ,
Susunan idhofahnya adalah كِتَابَامُحَمَّد (kitab muhammad).
2. Sedangkan aturan mudhof ilaih yaitu:
i.
Diawali dengan alif lam (ال).Selalu menempati status majrur (yaitu
menggunakan tanda kasrah)
Contoh: الجَامِعَةِ, (kampus) ,المَكْتَبِ (kantor) diawali dengan alif
lam dan berharokat kasroh.
ii.
Tidak diawali alif lam (ال) tetapi harokat kasroh tanwin.
Contoh : مُحَمَّدٍ (Muhammad), بَيْت (rumah) tidak boleh menggunakan
alif lam.
iii. Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa
kata sifat, susunannya berupa menjadi bukan lagi idhofah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam
hal rafa’ nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya.
Ø Idhafah adalah hubungan antara dua isim dengan menyembunyikan makna huruf
jar tertentu di antara keduanya, isim yamg pertama disebut dengan Mudhaf
dan dibarisi sesuai dengan posisinya, sedangkan isim yang kedua dinamakan
dengan Mudhafun Ilaih dan wajib dibarisi dengan jar.
B. Saran
Kami mengharapkan agar apa yang
telah dijelaskan diatas dapat dipahami oleh pembaca sekalian dan pendengar
sekalian, sekaligus semoga bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya, kritik dan
saran dari pembaca dan pendengar sangatlah kami harapkan guna memperbaiki dalam
membuat makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar.,Moch dan Anwar Abu Bakar. Ilmu Nahwu, Terjemahan
Mutammimah Ajurumiyyah.Bandung: Sinar Baru Algesindo.2007
Fahmi.,Ahmad,Akrom.Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.1999
Umam.,Chatibul dkk. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Terjemah Muktasyar Jiddan.Jakarta: Darul Ulum Press.2002
[1]
Chatibul
Umam dkk,Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Terjemah Muktasyar Jiddan.(Jakarta:
Darul Ulum Press.2002). Hal. 157*
[3]
Moch Anwar
dan Anwar Abu Bakar, Ilmu Nahwu, Terjemahan Mutammimah Ajurumiyyah.(bandung:
Sinar Baru Algesindo.2007). hal. 80-81
[4] Chatibul Umam dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Terjemah Qowaidu Lillughatil
Arabiyah.(Jakarta: Darul Ulum Press.1986). Hal. 299
makalah
BalasHapusMumtaz
BalasHapusqoidah nahwu na'at sama man'utnya gimna mb
BalasHapusassalamu 'alaikum.. terima kasih ya atas tulisan ini
BalasHapus